Ziarah Seminari Pius XII Kisol di FLores

Seminari Pius XII Kisol (disingkat Sanpio) adalah sebuah sekolah tingkat menengah pertama dan sekolah tingkat menengah atas yang terletak di Kelurahan Tanah Rata, kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. Sanpio didirikan pada 8 September 1955 oleh Pater Leo Perik, SVD dari Belanda. 

Keinginan mendirikan seminari di wilayah Vikariat Apostolik Ruteng (sekarang Keuskupan Ruteng) sudah ada sejak awal tahun 1950, setelah seminari-seminari lain di Flores didirikan.

Seminari Pius XII Kisol mengambil nama Paus Pius XII Kisol yang memberi izin pendirian seminari ini, dan merupakan seminari terakhir yang didirikan pada masa pontifikal Paus Pius XII. Keinginan ini muncul karena Vikariat Apostolik Ende (sekarang Keuskupan Agung Ende) dan Vikariat Apostolik Larantuka (sekarang Keuskupan Larantuka) membangun seminari di vikariatnya masing-masing. Pendirian seminari di Vikariat Apostolik Ruteng dimaksudkan untuk memudahkan para siswa calon imam di wilayah ini menempuh pendidikan seminari. Atas usaha yang dilakukan Pastor Juray Vojenciak SVD, pada 23 Maret 1923 ditemukanlah sebuah tempat yang cocok untuk dibangun sebuah seminari, yaitu di Kisol. Hingga tahun 1985, pengelolaan seminari ditangani Serikat Sabda Allah(SVD). Namun, setelah 1985, SVD menyerahkan seluruh perencanaan dan pengelolaannya kepada Keuskupan Ruteng. 

Sebagai lembaga pendidikan calon imam, Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur, Flores, NTT tidaklah asing. Dari tempat ini, tercetak ratusan imam, frater, bruder, dan ribuan awam yang berkiprah di berbagai profesi.

Mereka tersebar di seluruh penjuru negeri. Mendidik dan mencetak imam memang menjadi tujuan utama, namun mendidik dan membentuk karakter manusia jauh lebih penting.

Kisol bukan saja ladang tempat bertumbuhnya panggilan imam, tetapi juga tempat menyemai manusia dalam menemukan jatidiri dan mengenal pribadi.

Pembinaan calon imam di lembaga ini diarahkan pada pembentukan pribadi untuk membangun kebersamaan dalam kasih yang memungkinkan setiap alumnusnya menjadi pribadi yang tanggap, mandiri, dan solider dengan sesama.

pendidikan seminari memiliki karakteristik sendiri. Untuk Seminari Kisol, pendidikan dan pembinaan siswa diarahkan pada lima aspek, yaitu kekudusan (sanctitas), aspek keilmuan atau pengetahuan (scientia), aspek kesehatan (sanitas), aspek kebijaksanaan (sapiensia), dan aspek kesetiakawanan sosial (solidaritas). 

Kelima hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Dari segi kurikulum, seminari memiliki beberapa bidang studi khusus yang tidak dimiliki siswa sekolah menengah biasa. Beberapa mata pelajaran khusus tersebut, antara lain Bahasa Latin, Jerman, Liturgi, Kitab Suci, dan Sejarah Gereja.

Untuk menyesuaikan dengan standar kurikulum umum, beberapa mata pelajaran khusus ini kita masukkan dalam muatan lokal. 

Untuk mencapai tujuan Mutu pendidikan ini, Seminari Kisol sudah memiliki sejumlah visi dan misi yang diimplementasikan di berbagai metode pembinaan, baik sekolah maupun asrama.

Namun, inti pembinaan tersebut tidak lain adalah membentuk karakter anak agar mampu mengenal diri sendiri dan lingkungannya. 

Tantangan belum cukup sampai di sini. Sekitar lima tahun lalu, berkembang wacana di Keuskupan Ruteng, model pendidikan Seminari Kisol akan diubah seperti sekolah umum. Artinya, siswa dari luar baik laki-laki maupun perempuan boleh mengenyam pendidikan di Seminari Kisol. Sistem ini disebut sistem seminari modern dan sudah banyak diterapkan di sejumlah seminari lain di Indonesia.Di seminari, sudah tercipta iklim kompetisi yang memacu setiap siswa belajar dan berprestasi sesuai tuntutan visi dan misi. Siswa yang tidak mampu tentu akan tereliminasi.

Pertanyaannya, apakah siswa dari luar yang nanti bersekolah di seminari bisa beradaptasi dengan sistem ini? Selain itu, kekhasan pendidikan seminari adalah untuk membentuk para calon imam. Di tengah beragam tantangan ini, Seminari Pius XII Kisol mencoba tetap bertahan dan tak pernah berhenti meningkatkan mutu bagi kemajuan proses pembinaan calon imam di Keuskupan Ruteng.