Sejarah Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna

Danau Kelimutu atau Danau tiga warna mungkin sudah tidak asing di Indonesia. Danau ini terletak di Ende - Flores, Nusa Tenggara Timur sudah terkenal di dunia, keanehan dan keindahan alam telah menjadi idola parapendatang dari berbaga belahan dunia. Flores menjadi wisata yang paling lengkap dengan keanehan dan keindahan. Di Indonesia sudah begitu akrab mengenal tiga warna danau ini dan telah menjadi latar belakang uang Rp 5.000, -.

Begitu banyak pertanyaan kita semua, mengapa danau ini memiliki tiga warna.
Di Indonesia kita tahu bahwa sejarah lisan adalah kisah yang diungkapkan oleh nenek moyang kita untuk generasi. ini adalah kisah danau Kelimutu Ende Lio Rakyat percaya kita membahas ilmiah dan asal pembentukan tiga warna di sebuah danau gunung kelimutu.


1. Sejarah Lokal

Dikatakan, pada zaman dahulu, di puncak gunung yang disebut Bhua Ria Flores (hutan lebat yang selalu mendung), Bun Ratu diselesaikan dengan umat-Nya. Di antara orang-orang saat itu, ada dua tokoh yang sangat dihormati, penyihir jahat Ata Polo dan kejam yang suka memangsa manusia, dan Ata Bupu dihormati karena belas kasih dan memiliki penangkal sihir Ata Polo. Meskipun memiliki kekuatan magis masyarakat yang tinggi dan dihormati, baik teman-teman yang baik dan patuh dan hormat kepada Bun Ratu. Ata Mbupu dikenal sebagai petani yang memiliki peternakan kecil di tepi Bhua Ria, sementara Ata Polo lebih suka berburu mangsa dalam bentuk manusia di seluruh alam semesta.
Pada saat itu, kehidupan di Bhua Ria berlangsung tenang dan tenteram, sampai kedatangan sepasang Ana Kalo (anak yatim) yang berlindung Ata Bupu karena orang tuanya pergi ke alam baka. Karena itu penuh kasih, permintaan kedua diberikan yatim oleh Ata Bupu tapi dengan satu syarat, bahwa mereka harus mengikuti saran untuk tidak meninggalkan area lapangan agar tidak ditemukan dan dimakan oleh Ata Polo.
Pada suatu hari, Ata Polo datang untuk mengunjungi Ata Bupu di ladangnya. Setibanya di bidang Bupu Ata, Ata Polo menusuk bau (bau mangsa) di pondok Ata Bupu. Segera meleleh air liur Ata Polo yang kemudian ingin mencari mangsa di pondok. Ata Polo kedengkian dikenal oleh Ata Bupu yang segera memegang Ata Polo langkah ia menyarankan dia untuk kembali lagi nanti setelah anak-anak sudah dewasa, karena hari ini mereka masih anak-anak, selain daging tentu tidak menyenangkan untuk makan.
Saran ini diterima oleh Ata Polo, yang kemudian meninggalkan Ata Bupu menjadi bingung memikirkan cara terbaik untuk menyelamatkan dua orang sebelumnya.
Ancaman Ata Polo begitu menakutkan bagi anak manusia, jadi ketika mereka mulai remaja atau menjadi Ko'ofai (gadis muda) dan Nuwa Muri (pemuda), mereka meminta izin untuk Ata Bupu untuk mencari perlindungan di gua-gua yang ada di luar bidang Ata Bupu.
Mereka akhirnya berhasil menemukan tanaman rotan gua terlindung dan akar pohon beringin.
Ketika tiba saatnya, menurut waktu yang telah disepakati, Ata Ata Polo datang pondok Bupu untuk mengklaim janji. Tapi karena ketika tiba di pondok Ata Bupu, melihat kedua anak tidak di tempat, maka Ata Polo marah dan menyerang galak Bupu Ata. Menanggapi serangan Ata Polo yang tidak main-main, Ata Bupu segera membalas tembakan dengan yang ilmu andalannya "magic puti" untuk menangkal "ilmu hitam" Ata Polo. Pada perkelahian pertama baik seimbang karena keduanya memiliki ilmu yang tinggi dan tingkat. Namun, seiring waktu daya Ata Bupu tua melemah, sementara serangan api Ata Polo intensif dan memburuk. Ata Bupu hanya bisa menghindar gempa. Yang menempatkan gempa bumi yang dahsyat dan jalankan kaki Flores. Ketika itu mampu menandingi kekuatan Ata Polo tidak lagi, Ata Bupu memutuskan untuk menghilang ke dalam perut bumi. Akibatnya Ata Polo menjadi semakin marah dan menggila.
Ketika bau mencim dari dua remaja yang bersembunyi di sebuah gua, Ata Polo tumbuh kekerasan. Tapi nasib akhirnya menentukan bahwa Ata Polo harus dibunuh pada menelan bumi karena tindakannya yang keterlaluan. Dua remaja yang bersembunyi juga di antara para korban. Gua persembunyian dan Nuwa Muri Ko'ofai runtuh akibat gempa dan mengubur hidup-hidup kedua.
Beberapa saat setelah kejadian, tempat Ata Bupu menghilang ke dalam perut bumi, muncul danau biru. Di tempat Ata Polo tewas ditelan bumi terbentuk warna air danau darah merah yang selalu bergolak. Sementara di tempat persembunyian dan Nuwa Muri Ko'ofai, membentuk sebuah danau dengan tenang warna air hijau.

Ketiga danau berwarna, masing-masing oleh masyarakat setempat diberi nama sesuai dengan sejarah pembentukan sebelumnya, yaitu Tiwu Ata Polo (diyakini sebagai tempat berkumpulnya roh danau dari tenung Tukan atau orang-orang jahat yang meninggal), Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (diyakini sebagai tempat berkumpulnya arwah danau pasangan muda yang meninggal), dan Tiwu Ata Mbupu (diyakini sebagai tempat berkumpulnya roh danau tua-tua yang telah meninggal).
Sampai saat ini, orang-orang di sekitar gunung Kelimutu percaya bahwa mereka dapat melakukan kontak dengan roh-roh orang tua mereka atau nenek moyang mereka dengan memanggil nama orang tua atau nenek moyang sebanyak tiga kali di depan Tiwu Ata Mbupu. Menurut kepercayaan, setelah panggilan dilakukan, biasanya orang tua atau nenek moyang roh akan datang dan memberikan petunjuk melalui mimpi. Kontak dengan orang tua / leluhur yang digunakan harus dilakukan untuk mendapatkan petunjuk dalam kasus bencana, seperti kehilangan barang atau ternak.
2. Ilmiah Sastra Lake 3 Warna
Meskipun hampir tidak ada literatur ilmiah tentang sejarah pembentukan danau Flores - 3 warna danau ini, tidak berhenti belajar tentang danau yang warnanya selalu berubah. Sejak pertama kali ditemukan oleh seorang komandan militer Belanda bernama B. van Suchtelen pada tahun 1915, Flores mulai menyambut ketenaran terutama setelah Y. Bouman menjelaskan secara tertulis pada tahun 1929. Karena tulisan-tulisan ini, mulai banyak wisatawan, terutama asing yang datang untuk Demi wistawan menikmati keindahan danau. Keindahan dan keunikan tiga warna dari danau ini tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga peneliti yang merasa kurangnya literatur ilmiah di danau ini. Untuk orang-orang di sekitar Flores, danau ini tidak lebih dari danau ini angker karena legenda masyarakat di wilayah tersebut.

Nama itu sendiri diyakini Flores adalah kombinasi dari kata-kata yang memiliki arti keli gunung, dan kata kualitas yang berarti mendidih. Secara harfiah, Flores dapat diartikan sebagai "mendidih gunung" air warna yang berbeda. Warna yang tersedia adalah biru, merah, dan hijau. Nama danau biru Tiwu Ata Mbupu / Mbupu yang berarti "Danau orang tua". Adapun warna hijau danau nama Nuwa Muri Koo Fai Tiwu, yang berarti "danau muda". Danau ini adalah yang terakhir dan memiliki warna merah yang disebut Tiwu Ata Polo, danau ajaib.
Danau 3 warna yang sangat menarik bagi ahli geologi, karena meskipun mereka berada di bagian yang sama dari gunung berapi, warna yang dihasilkan oleh tiga danau bisa berbeda. Penjelasan pejabat lokal di Taman Nasional Flores adalah perubahan warna adalah hasil dari reaksi kimia yang timbul dari mineral di dasar danau yang mungkin dipicu oleh aktivitas vulkanik gas. Danau itu sendiri telah menjadi sumber letusan freatik di masa lalu, dengan ketinggian puncak KTT mencapai 1.639 m.
Pada hari-hari awal pembangunan taman nasional di wilayah Flores, ada beberapa masalah dengan masyarakat setempat tentang penggunaan sumber daya yang ada. Meki begitu, sekarang penjaga hutan telah mulai membangun hubungan yang cukup baik dengan masyarakat sekitar desa, dan dari sisi manajemen juga menjadi jauh lebih baik. Flores sendiri adalah salah satu gunung yang disebut ribu, yaitu gunung dengan ketinggian lebih dari 1.000 m. Untuk akses ke Flores sendiri salah satu yang termudah adalah dengan menggunakan pesawat dari Bali ke bandara Ende, yang diikuti dengan mobil dari Ende ke Mondi yang memakan waktu 3 jam. Dari Moni, dilanjutkan dengan jalan dari taman sejauh 13 mil Flores dikejar selama 45 menit.